Jumat, 23 September 2011

UNTEL Cenat Cenut


TELKOM UNIVERSITY, sebenarnya isu yang sudah lama saya dengar, bahkan sejak tahun pertama saya kuliah di kampus putih biru ini. Pada saat-saat itu bayangan saya jauh melayang apa lagi ketika melihat maket yang dipajang di gedung D lantai satu. Suatu saat kampus ini memiliki fasilitas yang (menurut saya) lengkap, mirip yang digambarkan di maket tersebut, mungkin seperti itu UNTEL (Universitas TELKOM) yang diimpikan.
Kemudian pada suatu saat, tepatnya menjelang bulan Ramadhan kemarin, saat saya sedang melaksanakan ibadah gladi, menghangatlah isu UNTEL 2012. Menurut kabar yang beredar, akan ada transformasi seluruh kampus dibawah YPT menjadi satu universitas, UNTEL. Saat itu saya mengira hanya kabar burung belaka, bahkan adanya kabar akan dibuka fakultas baru, kedokteran dan pertambangan. Tapi saat saya konfirmasi ke sebuah teman saya yang dia juga aktivis di BEM ITT, dia membenarkan berita tersebut.
Mulailah saya disinvite ke dalam grup facebook berjudul “Telkom University Watch!!!”. Ya lewat grup itulah saya mengikuti beberapa perdebatan kecil baik yang pro maupun kontra terhadap UNTEL 2012. Sebenarnya pertama saya dengar kabar transformasi UNTEL 2012 bayangan saya UNTEL akan menjadi universitas layaknya UI, UGM, UNPAD, dll. Hehehe… Dimana menurut saya universitas-universitas tersebut sudah sangat matang dalam budaya kemahasiswaannya. Lingkup yang saya pikirkan disini adalah bidang kegiatan dan pergerakan mahasiswa.
Saya sendiri beberapa kali mengikuti/nimbrung/ngobrol dalam kajian dengan teman-teman yang berada di beberapa universitas lain. Saya merasakan suatu iklim yang berbeda dengan yang ada di kampus ini. Secara kampus ini hanya berlatar belakang satu disiplin ilmu, yaitu teknik, dan lebih sempit lagi bidang ICT. Ketika saya coba bandingkan, masalah kajian yang dilakukan mahasiswa di universitas lain, sangat beraneka ragam dan bervariasi, dalam sebuah kajian pun pola pikir dan bahasan yang berjalan sangat berkembang, karena dalam kajian tersebut ada sudut pandang anak teknik, kedokteran, hukum, humaniora, sosial, pendidikan, dll. Khasanah keilmuan dan wawasan sangat luas di sana. Di sisi riset, pengabdian masyarakat, acara kemahasiswaan, keorganisasian, pergerakan mahasiswa, saya rasa efek multi disiplin sangat terasa dibanding kampus ini yang hanya berlatar belakang satu disiplin ilmu tadi.
Jujur saja, saya pribadi merasa, kedatangan kampus Intitut Manajemen Telkom ke Dayeuhkolot secara tidak langsung membuka wawasan bagi kehidupan kemahasiswaan di IT Telkom. Kasarnya, dulu kampus ini dengan acara/agenda/iklim kemahasiswaannya sudah merasa paling, karena kurangnya wawasan pembanding. Tapi setelah adanya IM Telkom di dayeuhkolot, datanglah suatu kebudayaan baru, iklim baru yang secara tidak langsung ikut berimbas pada iklim keorganisasian di kampus IT Telkom. Juga adanya suasana baru karena notabene penduduk IM Telkom memiliki banyak mahasiswi, dan pemandangan seragam bebas. Ehehehe. Mungkin bagi pembaca yang berkecimpung dalam dunia sosiologi/ psikologi, bisa dijadikan riset tuh, “korelasi seragam mahasiswa terhadap daya kreativitas, sikap, dan perilaku”. Ehehe..
Kurang lebih seperti itulah bayangan pertama di kepala saya terhadap UNTEL, terciptanya suatu iklim kemahasiswaan yang lebih berkembang dan bervariatif terutama dalam pencapaian TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI.
Kembali ke grup Telkom University Watch!!!, makin hari makin saya ikuti, makin banyak pandangan yang berdatangan, baik dari mahasiswa, alumni, dosen. Rasa penasaran saya semakin muncul, sebenarnya bagaimana sih konsepan konkret UNTEL yang akan dirilis tahun depan, kembali saya bertanya-tanya pada rekan saya tadi yang kabarnya habis berkunjung ke kantor YPT. Setelah dijelaskan beberapa hal, saya pun diberi softcopy slide presentasi UNTEL yang katanya belum boleh dishare bebas. Singkatnya dalam slide itu, dijelaskan UNTEL dirilis 2012 menyesuaikan perkembangan “Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 –2025”. Dalam slide tersebut juga dipaparkan format UNTEL kedepannya, dalam hal struktur kefakultasan dan keprodian, visi misi, goal yang akan dicapai, juga perbandingan format yang sudah disusun tersebut dengan formatan universitas-universitas dunia yang meraih predikat WCU (World Class University). Tapi entah mengapa, hal yang tercetak di otak saya setelah membaca slide tersebut kok melulu masalah keuntungan, profit, benefit, dan khususnya yang berhubungan dengan duit. Seketika itu saya berpikir, YPT sebagai stakeholder dan saya (kita sebagai mahasiswa) sebagai objek, apa keuntungan yang REAL bagi mahasiswa, disana ga disebutkan dengan transformasi menjadi UNTEL apakah biaya kuliah akan semakin murah atau malah terus dinaikkan, apakah link untuk pertumbuhan riset semakin ditingkatkan atau tidak, masalah fasilitas yang diterima mahasiswa akan semakin diperbaiki dan diperlayak gunakan atau tidak? Intinya, apakah, adakah efek langsung yang saya (kami, mahasiswa) dapatkan, selaku objek transformasi ini?
gambar kaos yang
dipake temen-temen BEM
Perntanyaan yang belum terjawabkan, dan tibalah undangan FGD (focus discussion group) UNTEL yang diselenggarakan BEM ITT kemarin (22/9) bertempat di GSG lantai satu. Saat pertama masuk GSG disambut temen-temen dari BEM yang sudah mengenakan kaos “JANGAN MAU JADI UNIV #saveittelkom”. Agak aneh sih, ini kita mau diskusi apa paduan suara, paduan suara untuk berkata tidak. Ehehe. Setelah acara berlangsung, ternyata kurang lebih sama dengan dugaan saya, isinya dipenuhi nara sumber yang berpemikiran kontra, saat itu ada Ibu Retno, Pak Tjokorda, dan Ketua BEM Tito. Sampai setelah acara pun banyak komentar kenapa cuma yang kontra doang, kerugian doang yang disampaikan. Sebenarnya yang saya masalahkan bukan pro dan kontra, karena setiap kebijakan pasti ada pro dan kontra nya. Saya datang pengen tahu penjelasan resmi dari YPT mau dibawa kemana nasib saya (kita, mahasiswa, dosen, karyawan), kongkret nya!
Terlepas dari masalah pro dan kontra, kalau memang 2012 launching mari kekurangan yang ada kita benahi, kalau launching ditunda mari kita siapkan bersama terlebih dahulu. Kalau saya ibaratkan sebuah piramida, kondisi saat ini kebijakan UNTEL ada di puncak (stakeholder), dan akan segera diturunkan hingga level terendah (objek), walaupun menurut saya sangat kurang sosialisasi dan kajian publik di level terendah. Saya juga berpikir mengapa tidak kita mulai dari level terendah dahulu selaku objek dan jika kesiapan sudah dinilai matang, barulah kita beanjak ke puncak bersama-sama. Ehehe..



Segalanya  berdasar pemikiran pribadi saya, CMIIW..
Ini cerita UNTEL dariku, bagaimana ceritamu??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar