TELKOM UNIVERSITY, sebenarnya isu
yang sudah lama saya dengar, bahkan sejak tahun pertama saya kuliah di kampus
putih biru ini. Pada saat-saat itu bayangan saya jauh melayang apa lagi ketika
melihat maket yang dipajang di gedung D lantai satu. Suatu saat kampus ini
memiliki fasilitas yang (menurut saya) lengkap, mirip yang digambarkan di maket
tersebut, mungkin seperti itu UNTEL (Universitas TELKOM) yang diimpikan.
Kemudian pada suatu saat,
tepatnya menjelang bulan Ramadhan kemarin, saat saya sedang melaksanakan ibadah
gladi, menghangatlah isu UNTEL 2012. Menurut kabar yang beredar, akan ada transformasi
seluruh kampus dibawah YPT menjadi satu universitas, UNTEL. Saat itu saya
mengira hanya kabar burung belaka, bahkan adanya kabar akan dibuka fakultas
baru, kedokteran dan pertambangan. Tapi saat saya konfirmasi ke sebuah teman
saya yang dia juga aktivis di BEM ITT, dia membenarkan berita tersebut.
Mulailah saya disinvite ke dalam grup facebook berjudul “Telkom
University Watch!!!”. Ya lewat grup itulah saya mengikuti beberapa perdebatan
kecil baik yang pro maupun kontra terhadap UNTEL 2012. Sebenarnya pertama saya dengar
kabar transformasi UNTEL 2012 bayangan saya UNTEL akan menjadi universitas
layaknya UI, UGM, UNPAD, dll. Hehehe… Dimana menurut saya
universitas-universitas tersebut sudah sangat matang dalam budaya
kemahasiswaannya. Lingkup yang saya pikirkan disini adalah bidang kegiatan dan
pergerakan mahasiswa.
Saya sendiri beberapa kali
mengikuti/nimbrung/ngobrol dalam kajian dengan teman-teman yang berada di
beberapa universitas lain. Saya merasakan suatu iklim yang berbeda dengan yang
ada di kampus ini. Secara kampus ini hanya berlatar belakang satu disiplin
ilmu, yaitu teknik, dan lebih sempit lagi bidang ICT. Ketika saya coba
bandingkan, masalah kajian yang dilakukan mahasiswa di universitas lain, sangat
beraneka ragam dan bervariasi, dalam sebuah kajian pun pola pikir dan bahasan
yang berjalan sangat berkembang, karena dalam kajian tersebut ada sudut pandang
anak teknik, kedokteran, hukum, humaniora, sosial, pendidikan, dll. Khasanah keilmuan
dan wawasan sangat luas di sana. Di sisi riset, pengabdian masyarakat, acara
kemahasiswaan, keorganisasian, pergerakan mahasiswa, saya rasa efek multi
disiplin sangat terasa dibanding kampus ini yang hanya berlatar belakang satu
disiplin ilmu tadi.
Jujur saja, saya pribadi merasa,
kedatangan kampus Intitut Manajemen Telkom ke Dayeuhkolot secara tidak langsung
membuka wawasan bagi kehidupan kemahasiswaan di IT Telkom. Kasarnya, dulu
kampus ini dengan acara/agenda/iklim kemahasiswaannya sudah merasa paling,
karena kurangnya wawasan pembanding. Tapi setelah adanya IM Telkom di
dayeuhkolot, datanglah suatu kebudayaan baru, iklim baru yang secara tidak
langsung ikut berimbas pada iklim keorganisasian di kampus IT Telkom. Juga
adanya suasana baru karena notabene penduduk IM Telkom memiliki banyak
mahasiswi, dan pemandangan seragam bebas. Ehehehe. Mungkin bagi pembaca yang
berkecimpung dalam dunia sosiologi/ psikologi, bisa dijadikan riset tuh, “korelasi
seragam mahasiswa terhadap daya kreativitas, sikap, dan perilaku”. Ehehe..
Kurang lebih seperti itulah
bayangan pertama di kepala saya terhadap UNTEL, terciptanya suatu iklim
kemahasiswaan yang lebih berkembang dan bervariatif terutama dalam pencapaian
TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI.
Kembali ke grup Telkom University
Watch!!!, makin hari makin saya ikuti, makin banyak pandangan yang berdatangan,
baik dari mahasiswa, alumni, dosen. Rasa penasaran saya semakin muncul, sebenarnya
bagaimana sih konsepan konkret UNTEL yang akan dirilis tahun depan, kembali
saya bertanya-tanya pada rekan saya tadi yang kabarnya habis berkunjung ke
kantor YPT. Setelah dijelaskan beberapa hal, saya pun diberi softcopy slide
presentasi UNTEL yang katanya belum boleh dishare bebas. Singkatnya dalam slide
itu, dijelaskan UNTEL dirilis 2012 menyesuaikan perkembangan “Master Plan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 –2025”. Dalam slide tersebut juga dipaparkan
format UNTEL kedepannya, dalam hal struktur kefakultasan dan keprodian, visi
misi, goal yang akan dicapai, juga perbandingan format yang sudah disusun
tersebut dengan formatan universitas-universitas dunia yang meraih predikat WCU
(World Class University). Tapi entah mengapa, hal yang tercetak di otak saya
setelah membaca slide tersebut kok melulu masalah keuntungan, profit, benefit,
dan khususnya yang berhubungan dengan duit. Seketika itu saya berpikir, YPT
sebagai stakeholder dan saya (kita sebagai mahasiswa) sebagai objek, apa
keuntungan yang REAL bagi mahasiswa, disana ga disebutkan dengan transformasi
menjadi UNTEL apakah biaya kuliah akan semakin murah atau malah terus
dinaikkan, apakah link untuk pertumbuhan riset semakin ditingkatkan atau tidak,
masalah fasilitas yang diterima mahasiswa akan semakin diperbaiki dan
diperlayak gunakan atau tidak? Intinya, apakah, adakah efek langsung yang saya
(kami, mahasiswa) dapatkan, selaku objek transformasi ini?
gambar kaos yang dipake temen-temen BEM |
Perntanyaan yang belum terjawabkan, dan tibalah undangan FGD
(focus discussion group) UNTEL yang diselenggarakan BEM ITT kemarin (22/9)
bertempat di GSG lantai satu. Saat pertama masuk GSG disambut temen-temen dari
BEM yang sudah mengenakan kaos “JANGAN MAU JADI UNIV #saveittelkom”. Agak aneh
sih, ini kita mau diskusi apa paduan suara, paduan suara untuk berkata tidak. Ehehe.
Setelah acara berlangsung, ternyata kurang lebih sama dengan dugaan saya,
isinya dipenuhi nara sumber yang berpemikiran kontra, saat itu ada Ibu Retno,
Pak Tjokorda, dan Ketua BEM Tito. Sampai setelah acara pun banyak komentar
kenapa cuma yang kontra doang, kerugian doang yang disampaikan. Sebenarnya yang
saya masalahkan bukan pro dan kontra, karena setiap kebijakan pasti ada pro dan
kontra nya. Saya datang pengen tahu penjelasan resmi dari YPT mau dibawa kemana
nasib saya (kita, mahasiswa, dosen, karyawan), kongkret nya!
Terlepas dari masalah pro dan kontra, kalau memang 2012
launching mari kekurangan yang ada kita benahi, kalau launching ditunda mari
kita siapkan bersama terlebih dahulu. Kalau saya ibaratkan sebuah piramida,
kondisi saat ini kebijakan UNTEL ada di puncak (stakeholder), dan akan segera
diturunkan hingga level terendah (objek), walaupun menurut saya sangat kurang
sosialisasi dan kajian publik di level terendah. Saya juga berpikir mengapa
tidak kita mulai dari level terendah dahulu selaku objek dan jika kesiapan
sudah dinilai matang, barulah kita beanjak ke puncak bersama-sama. Ehehe..
Segalanya berdasar pemikiran pribadi saya, CMIIW..
Ini cerita UNTEL dariku, bagaimana ceritamu??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar