Awalnya saya emang kurang paham apa yang sebenernya terjadi, karena emang di kosan ga ada TV, adanya radio itu pun yang distel acara musik mulu. Tapi melihat update-update status, twit, timeline, dkk, akhirnya saya tau kalo ternyata premium bakal naik dari 4500/ltr menjadi 6000/ltr. bener ga sih!?!?!?!? naik 33.3333% dong. iya ga sih!?!?!? Kalo bener, ntar itungan bodorna pengeluaran perbulan akan membengkak kurang lebih sebesar itu juga dong, karena kata para ekonom di Bank Dunia sana, bakal ada efek domino, hasil kenaikan BBM terhadap harga sayur di warsun/warteg/warkop. Dan mungkin di tulisan saya berikutnya tidak ditemanin coffee, coklat susu lagi, mungkin cuma air putih hangat. ahahahaha.
Beberapa hari yang lalu sempet baca pamplet, ada Kajian Publik tentang kenaikan harga BBM yangg diselenggarakan oleh BEM suatu perguruan tinggi swasta di selatan Bandung, ga perlu disebut kalo itu IT TELKOM. Temanya bagus, tapi jadi agak males, karena beberapa kali ikut kajian yang diadakan oleh BEM suatu perguruan tinggi swasta bla bla bla bla, isinya sedikit diskusinya dan banyak penggiringan opininya. ahahaha..
Okeh, balik deui ka harga BBM. Saya masih inget diantara deretan timeline harga BBM yang cenderung naik ini, ada kalanya harga BBM turun. Yup menjelang pilpres 2009, dan turunnya BBM waktu itu dibawa-bawa dalam iklan kampanye oleh salah satu calon. Saya sendiri ga tau apa karena harga minyak dunia lagi turun atau emang gara-gara menjelang pemilu. Tapi ngomong-ngomong masalah harga minyak dunia, ini emang salah satu faktor penentuan harga BBM di Negeri ini.
Untuk kenaikan harga yang paling dekat ini, saya realistis aja sih, harga minyak dunia memang makin mahal, apa iya BBM kita mau di subsidi terus!?!?! Setau saya, Indonesia adalah salah satu negara yang menetapkan harga BBM nya murah (dibanding banyak negara lain), makanya itu yang bisa bikin SPBU Pertamina masih laku, dibanding SPBU asing. Coba bayangin kalo harga BBM kita udah dinon-subsidikan, dan setara dengan BBM asing, mungkin pelanggan bakal lari ke SPBU asing, dengan harga sama, pelayanan lebih nyaman, tempat lebih bersih, takaran nya passs. Itu juga mungkin yang bikin Pertamina bertransformasi dari kuda laut menjadi lambang jempol pasti pas nya. Berarti salah satu efek positif kenaikan harga BBM ini adalah perbaikan mutu dan standar pelayanan pertamina nih. ahahahaha..
Sebagian ahli berpendapat, pencabutan BBM bersubsidi ini karena selama ini BBM subsidi salah sasaran, malah para pengguna mobil dan kendaraan pribadi lain yang menikmati murahnya BBM Indonesia. Solusinya kurangi subsidi BBM, dan bisa dipake untuk mendanai yang lebih berprospek jangka panjang seperti menambahi subsidi pendidikan atau kesehatan. Tapi dari sisi akar rumput, hal ini berlaku kebalikan, pencabutan subsidi ini dinilai salah sasaran, merekalah yang secara interface butuh BBM dengan harga murah, untuk mesin perahu, untuk mesin traktor, untuk genset warung, dll. Lha kalo dicabut subsidinya, apa iya kendaraan-kendaraan pribadi itu lantas berhenti mengonsumsi BBM, sedangkan temen-temen akar rumput (dan mahasiswa juga) pusing lah mereka..
Menurut saya mematok harga BBM berdasarkan harga minyak dunia itu solusi yang kurang solutif. Lah kenapa!? sekarang kita lihat, berapa banyak sumur minyak di negeri ini, tapi mengapa harga minyak dunia atau minimal untuk negeri kita sendiri malah ditentukan oleh orang-orang di luar sana!? Ya, karena kita tidak punya hak atas sumur dan ladang minyak di rumah kita sendiri. Selama ini sumur dan ladang kita dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing, yang kemudian membawa minyak itu ke luar, dan oleh bursa komoditi (atau apa namanya) harga itu ditentukan. Solusinya!? Nasionalisasi sumur dan ladang kita, atau minimal re-negosiasi dengan para perusahaan asing tersebut. Sebagai pertimbangan UUD pasal 33 ayat 2 "Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
Negara ". Di situ tertulis "dikuasai" bukan "dimiliki" jadi sebenernya sah-sah aja sumur dan ladang kita dimiliki oleh asing (termasuk operator telekomunikasi, termasuk perusahaan air minum, termasuk tambang2 penting lainnya), tapi hak kuasa dari hal-hal tersebut tetep ada di Pemerintah selaku Negara.
Sampai di situ!? Oh tidak... Salah satu konsumen yang dipandang salah tadi adalah mobil/kendaraan pribadi. Ini kan yang menyebabkan subsidi BBM tersebut salah sasaran. Usut punya usut, urut punya urut, menurut saya 2 hal yang menjadi akar masalah ini. Yaitu, sarana transportasi umum yang buruk, dan sistem tata kota yang (juga) buruk. Loh, orang menggunakan kendaraan pribadi mereka kan saat akan bepergian, ada yang ngantor, ada yang sekolah, ada-ada aja. Mungkin ambil aja contoh, bayangkan si Asep, seorang anak SMA, yang kebetulan bertempat tinggal di Dayeuhkolot
Trus!? Coklat susu saya dah habis, tandanya harus segera mengejar alam mimpi. Kesimpulan saya, pemilu depan kalo anda kampanye jangan berjanji 'Tidak akan menaikkan harga BBM' karena itu akan menjadi bumerang dan membuat anda terpaksa mengingkari janji anda. Cobalah berjanji yang lebih bijak 'Nasionalisasi/ re-negosiasi cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak' atau berjanjilah 'Memperbaiki Sarana transportasi umum'.
Walah, panjang juga tulisannya, bikin males baca. Okelah, terimakasih yang sudah membaca. Saya malah baru sadar ini tulisan pertama di 2012.
Sekian dan sampai jumpa.
mantap jaya....
BalasHapusjossssss....
:)))))