Selasa, 24 Juni 2014

#ARTJOG 2014, The Missed Opportunity..


Seperti yang kita tahu, ART|JOG adalah sebuah annual-event berisikan pameran dan bursa seni kontemporer. Pesertanya, katanya sih, dari local-level sampai international-level. Pertama kali saya bersinggung dengan perhelatan ini, manakala ART|JOG 2010. Dimana kala itu, bersama mas pujangga Eckart Sulaksono, bukan untuk menikmati art-exhibition tujuan saya hadir, melainkan menyaksikan perform dari band indie local Jogja -  Melancholich Bitch dengan balada Joni dan Susi, erta pertama kali saya mendengar mbak Silir ikut nyenden bersama.. 
Tatkala 2012, kebenaran ART|JOG 2012 dihelatkan, saya juga sedang berada di Jogja, lagi-lagi tujuan saya merapat bukan ingin menikmati art-exhibition, melainkan menyaksikan perform, yang kala itu mendatangkan Orkes Sinten Remen, grup musik keroncong yang dipawangi mas G. Djaduk Ferianto, sebagai Guess Star. Saya lupa tahun itu kesana sama siapa yoh!? 
Dan tahun ini, kebenaran ART|JOG 2014 dihelatkan, saya juga sedang pulang ke Jogja. Sebetulnya, saya ndak ada rencana datang ke perhelatan tersebut, tapi berhubung lagi bermain Line dengan mas Taufik, dan beliaunya mengajak saya, akhirnya kami berangkat ke perhelatan tersebut. Sebenernya saya ndak paham tentang art-work kontemporer begitu, tapi minimal ada Master Taufik lah yang bisa menjelaskan seluk-beluknya.


Tiga kali saya datang ke perhelatan ini, dari tahun ke tahun, menurut saya tema tentang Sosio-Rebellion, Orde baru, Munir dan tema-tema sebangsa itu selalu muncul, apalagi tahun ini panitia mengusung "LEGACIES of POWER" untuk menyambut tahun politik. Namun, ataukah tema-tema tersebut memang laku untuk dijual, atau para seniman yang kehabisan idea, hingga tahun-ke-tahun tema tersebut selalu ramai disuguhkan. Ini sekedar menerka-raba karena saya memang bukan orang yang mengerti belantara art-work..
Diantara tema yang selalu muncul tiap tahunnya itu, ada sebuah phenomena yang sejatinya semakin berkembang meramaikan perhelatan ini.. Yang ingin saya soroti lebih pada tahun ini adalah suatu phenomena yang lahir dan di-drive oleh perkembangan ICT industry, yaitu, Phenomena Selfie. 
adalah jenis foto potret diri yang diambil sendiri dengan menggunakan kamera digital atau telepon kamera. Foto narsisis sering dikaitkan dengan narsisisme, terutama dalam jejaring sosial - wikipedia



Itu beberapa jepretan tentang begitu asyiknya selfie-activity di perhelatan ini. Jikalau Kisanak/Nyai memiliki waktu yang senggang, cobalah cari mengenai hestek #ARTJOG, yang memang mostly didominasi dengan selfie-activity. Selain di-drive oleh berkembangnya ICT industry, saya pikir aktivitas ini juga didukung oleh tongsis, yang siapapun penemunya, saya sangat mengapresiasi idea-nya tersebut.. hihi

Kecenderungan telco user saat ini, dengan smartphone di genggamannya antaralain aktivitas "selfie-check in-share", itu lah yang juga menjadi konsen dari operator penyelenggara layanan telekomunikasi. Jikalau dulu kecepatan download menjadi layanan andalan, kini layanan upload yang kencang dan memadahi menjadi suatu KPI (Key Performance Indikator) yang juga wajib dipenuhi..

Namun opportunity ini nampaknya kurang bisa dibaca dengan baik oleh rekan-rekan marketing team dari operator/ ISP local. Pasar yang sangat menjanjikan great revenue ini dibiarkan hilang bersama tenggelamnya sinyal jaringan seluler yang tak punya cukup keperkasaan menembus tebalnya dinding kuno (TBY) Taman Budaya Yogyakarta. Bahkan TELKOM INDONESIA yang memiliki @wifi.id sebagai andalannya pun tidak menggelar dagangannya di perhelatan tersebut. Padahal bisa saja @wifi.id membuka lapak pada area perhelatan, dengan beberapa access point dan kupon praktis internet harian, karena tak lengkap dirasa jika selfie-ranger ini, mengambil selfie tanpa melakukan geo-tagging dan sesegera mungkin meng uploadnya. hihi

Mungkin phenomena ini belum terbaca jelas, karena menurut mas Taufik, sebetulnya, perhelatan ini lebih ditujukan pada para seniman dan penikmat seni-kontemporer. Tapi kenyataannya "where there's a selfie-able thing, there's a selfie-ranger!" hihi.. Mungkin tahun depan penyelenggara internet bisa menggandeng panitia atau panitia bisa mencari sponsor ke penyelenggara internet. Atau mungkin panitia malah akan memasang "tongsis-detector" di entrance, karena menurut pendengaran saya, selfie-activity ini terlewat mengganggu bagi real-seniman/ orang-orang yang ingin menikmati seni-kontemporer pada perhelatan ini. Saya juga kurang mengerti bagaimana menikmati seni yang baik dan nyaman, tapi yang jelas di sini, ada opportunity..




Tidak ada komentar:

Posting Komentar